Penulis: Agung Webe
Penerbit: Pohon Cahaya, Yogyakarta. 2013
Genre: Kisah Nyata
Dari judulnya sudah sangat menrik, sangat memancing
keingintahuan saya tentang dunia pramugari. Mungkin buku ini termasuk kategori
dewasa, sebisa mungkin tidak dibaca oleh anak dibawah 17 tahun. Namun saran
saya, melihat isinya yang sebenarnya cukup baik terutama mengenai filosofi
kehidupan, akan lebih baik dibaca oleh orang berusia minimal 20 tahun dengan
pikiran yang terbuka dan jangan sedikitpun berpikiran dangkal dalam memaknai
pesan dari novel ini.
Saya sangat suka dengan ceritanya yang tragis, dimana tokoh
utama mengalami kematian bertubi oleh orang-orang terdekatnya. Bagian awal
novel ini cukup membuat pembaca penasaran sehingga kalo bukan karena mata ini
lelah, mungkin saya tidak akan berhenti membacanya hingga selesai. Yang paling
menonjol dan menjadi favorit saya dari kisah nyata yang dikemas menjadi novel
ini adalah filosofi tentang hidup, agama, dan cinta yang cukup dalam. Penulis mengajak
kita untuk berpikir berani dan kritis dalam memaknai ketiga komponen tersebut
agar kita menjalani hidup dengan “sadar” dan “mata terbuka” tidak hanya menjadi
robot yang sudah diprogram oleh aturan turun temurun.
Namun saya tidak mendapatkan gambaran bagaimana dunia
pramugari atau penerbangan secara utuh dan mendetail. Misalnya bagaimana aktivitas
pembelajaran pramugari selama masa pelatihan, apa saja yang harus dipelajari
dan dikuasainya, apa saja yang harus disiapkan pramugari sebelum menjalani
tugas di udara, tahapan apa saja yang dilakukan pramugari selama di udara, dsb.
Kemudian untuk sebuah karya yang disebut kisah nyata, saya agak menyangsikan
bagian-bagian dimana ia selalu bermimpi bertemu dengan orang tercintanya ketika
mereka sakratul maut yang seolah sedang menyampaikan pesan terakhir, lalu
pertemuan sesaatnya dengan saudara kandungnya di China dan merasa seperti ada
ikatan batin. Hal-hal itu terdengar terlalu fiktif. Namun bukan tidak mungkin
sebenarnya hal tersebut bisa terjadi di dunia nyata.
Diperlukan Lumpur Yang Banyak Untuk Tumbuhnya Bunga Teratai yang Besar
Siapa yang mengenal kematian, ia mengenal hidup. Siapa yang bisa menghadapi kematian, ia bisa menghadapi hidup
Walaupun tadi saya katakan bahwa bagian awal buku ini sangat
membuat pembaca penasaran, akan tetapi ketika memasuki bagian pertengahan saya
sudah bisa menebak bagaimana jalan cerita novel ini hingga akhir sehingga tidak
begitu mengejutkan. Itu hanya pendapat pribadi saya.
Secara kesuluruhan, novel ini memiliki cerita tragis yang
mungkin akan menarik air mata tumpah ke pipi pembaca. Cukup bagus dan menarik.
Yang paling saya ancungi jempol adalah pesan mengenai filosofi hidup yang
sangat mendalam terkandung dalam novel ini. I think this is a 3,5 star novel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar